NYEPI merupakan sebuah warisan budaya Hindu dari jaman kerajaan Majapahit yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Hindu di Bali dengan berbagai runutan acara ritual dalam penyambutannya.
Menurut cerita dan penuturan dari orang tua serta pengetahuan dari sekolah dasar hingga duduk di bangku kuliah, saya mendapatkan pemahaman tentang makna Nyepi yang merupakan perayaan pergantian tahun Baru Caka.
Sehari sebelum perhitungan tahun baru dimulai, masyarakat Hindu (pada jaman Kerajaan Majapahit) diwajibkan melakukan ‘Catur Tapa Bratha’ yaitu; Amati Geni – tidak menyalakan api, Amati Karya – tidak melakukan kegiatan atau pekerjaan, Amati Lelanguan – tidak membuat kegaduhan atau ribut, dan Amati Lelungaan – tidak melakukan perjalanan atau bepergian.
Pesan atau makna yang ingin disampaikan dalam perayaan Nyepi adalah melakukan introspeksi dan refleksi diri untuk menghadapi tahun baru dan tantangan baru. Untuk dapat melakukan introspeksi dan refleksi dibutuhkan suasana hening dan sepi sehingga kita dapat melakukan konsentrasi dan mengosongkan pikiran dengan tenang, memohon ke hadapan sang pencipta agar segala kesalahan Pikiran, Kata dan Perbuatan di tahun sebelumnya tidak terulang kembali di tahun mendatang.
Ajaran dan budaya Nyepi diwariskan secara turun temurun, baik diajarkan secara formal di bangku sekolah maupun informal di lingkungan sosial masyarakat.Jaman telah berubah dan meng-Global, demikian juga makna dan tujuan dari perayaan Nyepi. Ketika jaman kerajaan Majapahit, perayaan Nyepi secara umum bertujuan untuk memohon kesejahteraan dan kemakmuran ‘jagat’ atau negara Majapahit.
Namun di jaman global saat ini tujuan perayaan Nyepi telah bergeser menjadi hari untuk melakukan refleksi diri dalam menjalankan kehidupan beragama.
Dan saat ini, masih hangat-hangat isu tentang pemanasan global – yang beberapa waktu lalu telah menghasilkan deklarasi Bali – dapat pula dikaitkan dengan perayaan Nyepi, yakni melakukan penghematan energi meskipun dalam waktu sehari. Bahkan ada beberapa kelompok masyarakat memunculkan wacana pelaksanaan NYEPI INTERNASIONAL sebagai wujud tindakan nyata untuk menyelamatkan planet bumi dari dampak pemanasan global.
Entahlah, apakah wacana itu akan terwujud atau tidak, yang jelas perayaan NYEPI sampai ini masih relevan dengan kondisi masyarakat luas di muka bumi.
Semoga opini saya bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan bagi semua pihak. Damai di hati, Damai di Dunia, Damai selalu.
sumber: I Nyoman Purnaya (www.balebanjar.com)
sumber : http://sahuta.wordpress.com/category/kebudayaan-masyarakat-bali/
0 komentar:
Posting Komentar